Dari Casino Ke Seluruh Dunia

singapura-dan-malaysia-17

Tulisan yang berjudul ‘Disini Semua Dimulai’ merupakan refleksi pergulatan hidup yang saya tempuh dari semenjak SMU, kuliah sampai mulai masuk ke dunia kerja.

Meski hanya sepintas tetapi ada beberapa nilai kehidupan yang saya petik di dalamnya. 1) Kemiskinan bukanlah halangan untuk bekerja keras, 2) mimpi itu dimiliki oleh semua orang, 3) kerja keras, kreatifitas dan kejujuran adalah nilai utama yang harus dipegang teguh dalam hidup, 4) Pendidikan selalu menjadi hal yang baik  dan 5) Lakukan apa yang menurutmu benar.

Mari kita lanjutkan kisahnya.

Hilang sudah kesempatan untuk bekerja di suara pembaruan ketika saya lebih memilih perjalanan ke Singapura dan Malaysia waktu itu. Tetapi ada satu pengalaman yang membuat hidup saya berubah.

Saat itu hari minggu dan saat itu saya sedang bersiap untuk membersihkan badan dengan sabun mandi. Tiba-tiba suara handphone berdering, spontan langsung saya angkat telepon tersebut, “Hello may I speak with Arthur? My name is Ferry. I would like to invite you to the interview in Sudirman Tower on Tuesday at 11.o0 am.”

Percaya tidak kalau saya dapat telepon untuk interview di hari minggu dengan nomor telepon dari telkomsel? Saya awalnya mengira itu hanya gurauan sambil menceritakannya ke Barren adik saya.

Hari selasa jam 10.00 pagi saya masih duduk santai. Barren kemudian mengingatkan bukankah ada wawancara kerja di Menara Sudirman. Saya bilang kalau saya tidak percaya jika itu benar-benar wawancara kerja dan dia bilang kenapa tidak dicoba siapa tahu itu memang benar-benar wawancara kerja.

Akhirnya saya mandi dan bergegas ke Menara Sudirman. Saya sampe jam 11.00 di lantai dasar Menara Sudirman. Sambil menunggu lift menuju lantai 16, seseorang bernama Cipto kemudian menghubungi dan menanyakan apakah saya akan datang untuk wawancara.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Selesai juga pelatihannya

Sesampainya di lantai 16, saya langsung bertemu dengan Cipto. Orangnya sangat baik dan murah senyum, sambil menunggu giliran wawancara, saya diminta untuk mengisi pertanyaan dan menjawabnya dengan bahasa inggris. What? Bahasa Inggris?

Bicara tentang Bahasa Inggris, saya tidak pernah kursus Bahasa Inggris. Modal Bahasa Inggris hanya didapat sekolah formal saja dan dari film-film. Kemampuan Bahasa Inggris saya terbantu karena buku-buku skripsi semua berbahasa Inggris jadi mau tidak mau saya dipaksa baca buku tersebut tetapi jujur saya tidak pernah ikut kursus Bahasa Inggris.

Belum menyelesaikan pertanyaan tersebut, giliran saya dipanggil tes wawancara. Di dalam ruangan sudah menunggu Ms. Truus Kornman dan Mr. Ferry van de Mortel. Dengan yakin saya bersalaman pertama dengan Ms. Truus Kornman kemudian Mr. Ferry van de Mortel. Saya belajar salaman dengan yakin saat pertama kali diwawancarai oleh Pastor Greg Soetomo di Majalah Hidup.

Saya dipersilahkan duduk, seperti kebiasaan saya setiap hari, tangan saya letakkan di atas meja dan dimulailah tanya jawab dengan Bahasa Inggris. Intinya saat itu mereka mencari beberapa Florist Manager dari Indonesia. Lho kok bisa yah saya lulusan filsafat dipanggil wawancara untuk posisi “Tukang Kembang”?

Hal ini sempat saya tanyakan kepada Mr. Ferry di MSNJ. Jawabannya cukup mengejutkan yaitu ia tidak tahu kenapa ia menaruh CV saya di sebelah kanan karena mestinya saya tidak mempunyai kriteria sama sekali untuk posisi ini.

SANYO DIGITAL CAMERA

Florist Manager Indonesia pertama di Holland America Line

Proses wawancara berlangsung cukup lama. Kemampuan Bahasa Inggris pas-pasan tetapi saya mampu menjawabnya dengan yakin dan percaya diri.

Ketika saya ditanya kenapa Anda mau melamar sebagai Florist Manager di kapal pesiar? Saya menjawab, “Saya tidak tahu tentang merangkai bunga dan hal-hal lain yang berhubungan dengan hospitality industry tetapi saya ingin berkeliling dunia, belajar hal-hal baru, bertemu dengan berbagai orang dengan berbagai kebudayaan dan latar belakang. Dan saya percaya bahwa saya akan menikmati pekerjaan ini dengan sungguh-sungguh!”

Saya menjawab pertanyaan itu dengan jujur dari hati yang paling dalam karena saya memang ingin sekali keliling dunia dan bertemu dengan hal-hal baru (itulah alasan kenapa saya awalnya mau menjadi seorang jurnalist). Ternyata jawaban itu menarik perhatian Ms. Truus dan Mr. Ferry.

Ketika pelatihan di MSNJ, Mr. Ferry mengatakan bahwa jawaban tersebut adalah salah satu pertimbangan kenapa saya bisa melanjutkan ke tahap berikutnya. Mereka tidak hanya mencari seorang florist manager tetapi mereka juga mencari orang yang dapat menikmati pekerjaannya.

Singkat cerita, saya kemudian lolos ke tahap berikutnya yaitu tes kemampuan Bahasa Inggris. Saya lupa hari apa dihubungi kembali oleh Cipto tetapi yang saya ingat sebelum suara pembaruan menghubungi untuk tes psikologi. Lokasi tes bahasa Inggris di Cikarang nama tempatnya MSNJ.

Apa itu MSNJ? MSNJ adalah pusat pelatihan untuk crew kapal pesiar Holland America Line atau disebut Ms. Nieuw Jakarta. Saya tidak tahu sama sekali di mana itu Cikarang dan di mana MSNJ. Sayangnya dulu saya tidak ada GPS tapi punya modal nekat untuk berani bertanya. Akhirnya saya sampe di MSNJ dua jam lebih awal. Selalu sampai lebih awal adalah prinsip semenjak di seminari dan sangat membantu ketika bekerja di majalah Hidup sebagai kontributor.

Di MSNJ saya di tes kemampuan Bahasa Inggris namanya Marlin Test. Ada dua jenis tes yaitu tes dengan komputer dan tes wawancara. Dan saya lolos tes Bahasa Inggris dengan nilai rata-rata 65. Dibandingkan dengan teman-teman yang lain, banyak yang mendapatkan nilai yang lebih tinggi. Meski saya mendapatkan nilai yang pas-pasan tetapi saya bangga bisa sampai sejauh ini. Tetapi jangan senang dulu karena saya hampir tidak lulus di tahap wawancara ke dua.

SINGAPURA DAN MALAYSIA (12)

Saat itu saya sedang menunggu pesawat di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta. Tiba-tiba dihubungi oleh Mr. Ferry untuk tes wawancara kedua dan jadwal wawancara tersebut posisi saat itu masih berada di Malaysia.

Saya kembali putus asa karena pasti tidak lolos lagi. Apa sih yang perlu diperjuangkan seorang lulusan filsafat yang sama sekali tidak punya kemampuan dan pengalaman untuk pekerjaan yang dilakukan nanti sebagai florist manager? Dibandingkan dengan kandidat lain, saya pasti tidak ada apa-apa dan untuk apa sebuah perusahaan internasional mau berebut untuk satu orang ini sedangkan ada ribuan kandidat lain yang menunggu.

Ternyata saya salah total. Beberapa saat kemudian Cipto menghubungi dan menginformasikan kalau Mr. Ferry akan berada di Singapura pada hari minggu dan menginap di Hotel Clarke Quay. Dengan pengalaman pas-pasan di luar negeri, ditambah bahasa inggris yang pas-pasan juga, diam-diam saya menyelinap dan menuju ke Hotel Clarke Quay.

Singkat cerita, saya gagal bertemu dengan Mr. Ferry saat itu di Singapura karena nama Ferry tidak ditemukan di manifest hotel. Rupanya Mr. Ferry saat itu menggunakan nama lengkapnya dan saya tidak tahu nama lengkap dia saat itu. Singkat cerita, akhirnya saya tidak perlu melewati tahapan wawancara kedua dan langsung ke training center di MSNJ.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Ini Bis dari Singapura menuju Malaysia. Keren banget!

Singapura adalah negara pertama selain Indonesia yang saya kunjungi saat itu. Kesan pertama seperti mimpi. Sumpah saya deg-degan saat di imigrasi karena di kiri kanan berdiri penjaga bandara dengan senjata lengkap.

Saya juga sempat mencoba meminum langsung air dari keran seperti di film-film yang saya tonton. Saat itu, di Indonesia tidak ada air keran yang bisa diminum langsung. Pokoknya semua kesan pertama itu keren banget. Saya bukan tipe orang yang jaim atau pura-pura seakan akan saya tahu tetapi saya benar-benar tertarik dengan apa pun saat itu. Semuanya terlihat baru dan luar biasa.

Betul sekali kalau malam itu saya tidak bisa tidur. Sekitar tiga hari saya di Singapura, menjajaki kereta bawah tanah, liat shopping center yang luar biasanya salah satunya Takashimaya, dan lain-lain. Sayangnya saat itu universal studio sedang dalam pembangunan.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Setelah menikmati singapura, saya kemudian mengunjungi malaysia dengan menumpang bis first class yang keren banget. Meski naik bisa yang mewah dan nyaman, tetapi rasa kantuk tidak kunjung datang. Mata rasanya tidak berhenti berkedip menikmati pengalaman baru yang saya rasakan.

Beberapa yang masih saya ingat adalah melintasi jembatan ke Malaysia dan melihat deretan perkebunan sawit berkilo-kilo meter sebelum sampai ke Kuala Lumpur. Malaysia tidak jauh berbeda dengan Indonesia saat itu. Rasanya sama seperti ke Jakarta, cuma bedanya Jakarta belum punya monorail.

Malamnya saya berkeliling kota bersama Nover dan Pur mengelilingi Kuala Lumpur dan sampailah kita ke Menara Petronas. Lewat tengah malam baru kita kembali ke penginapan.

This slideshow requires JavaScript.

Ada satu pengalaman yang luar biasa saat di Malaysia ketika kita mengunjungi Genting Highland. Genting itu dingin banget dan kita juga sempat mengunjungi rumah es. Terlepas dari berbagai pengalaman menarik di Genting dan Malaysia pada umumnya, ada satu pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan saat di sana.

Saat itu kita mengunjungi tempat judi. Tiba-tiba Rm. Ndito memberikan uang sekitar 80 ringgit. Iseng-iseng saya mencoba salah satu mesin judi yang berakhir tragis kekalahan total 80 ringgit. Sedih kehilangan 80 ringgit yang sebenarnya bisa saya gunakan untuk  hal lain tapi menurut saya memang kekalahan itu diperlukan agar kita bisa belajar untuk berhati-hati, menerima dengan lapang dada dan mengakui bahwa kita juga bukan manusia super.

This slideshow requires JavaScript.

Rupanya, apa yang saya alami berkebalikan dengan Pur. Pur menang beberapa kali di mesin roulette. Kira kira sampai 750 ringgit. Singkat cerita kemenangan Pur harus berakhir karena kita masih akan mengunjungi beberapa tempat dan hari semakin larut.

Sesampainya di hotel menjelang tidur, rupanya Pur masih menyimpan rasa penasaran. Akhirnya diam-diam kita kembali ke tempat judi tersebut. Saya tidak punya uang lagi karena 80 ringgit sudah habis. Berhubung saya menemani Pur dapat juga 20 ringgit untuk mencoba keberuntungan kembali. Tidak ada yang menyangka dari 20 ringgit itu berbuah lebih dari 800 ringgit. Dan di tengah kemenangan itu saya memutuskan untuk berhenti.

Singkat cerita wajah saya adalah wajah yang paling berbahagia malam itu sampai-sampai ada seorang perempuan yang menjajakan diri untuk bermalam bersama.

SINGAPURA DAN MALAYSIA (21)

Genting Highland (Arthur, Rm. Ndito, dan Pur)

Saya sampai di kamar pukul 6 pagi dan jam 7 ditunggu sarapan oleh Romo Ndito, Nover, Tante Wina dan Tante Lina. Mata saya dan Pur bengkak, badan rasanya oleng karena kurang tidur. Perjalanan dari Genting ke Kuala Lumpur hanya tidur. Dan akhirnya kita ngaku dosa juga ke Rm. Ndito kalau semalam mengendap-ngendap keluar balik ke meja judi.

Uang kemenangan langsung saya tukarkan ke rupiah supaya tidak jajan saat di Malaysia. Singkat cerita kita kembali ke Singapura selama satu malam dan satu malam di Singapura itulah saya mengendap-endap keluar menuju Hotel Clarke Quay.

dsc08745

Syukuran setelah selesai pelatihan

Uang judi memang benar-benar keberuntungan saat itu, karena saya bisa menggunakan itu untuk membiaya pembuatan passport, buku pelaut, general check up dan membiayai training di MSNJ. Seakan-akan memang diatur untuk bekerja di Holland America Line. Jadi meski saya anak filsafat, saya masih percaya sama Tuhan.

Coba bayangkan selangkah lagi saya bisa melihat dunia yang begitu luas, menempuh hal-hal baru tanpa batas, melewati perbatasan-perbatasan menuju negara-negara yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.

Teman-teman, Tuhan itu tidak bisa dipaksa sesuai dengan keinginan kita tetapi ketika kita punya mimpi dan berjuang untuk itu, pasti Dia akan menunjukkan jalannya tinggal kita mau atau tidak menjalani itu.

Perjalanan itu baru dimulai dan selama kita menikmati itu semua seperti yang saya bilang ke Mr. Ferry dan Mrs. Truss Kornman, kita akan menikmati pekerjaan itu sungguh-sungguh. Apa itu? kita tunggu kisah berikutnya.

Salam, Si Penjelajah Dunia

One comment

  1. […] cerita Dari Casino Ke Seluruh Dunia bukan berkisah tentang keberuntungan karena menang judi dan berakhir dengan perjalanan ke seluruh […]

    Like

Leave a comment